"Tak perlu berlebihan. Yang pertengahan saja. Yang sederhana saja"

Senin, 15 Agustus 2016

Cinta di Setumpuk Semprong

Agustus 15, 2016 Posted by Salam Fadillah Alzah No comments
Beberapa hari yang lalu ketika dalam perjalanan dari masjid menuju kantor, malam masih sudi bertandang & ibu kota masih beringas seperti sebelumnya. Jalan raya masih rela diinjak sekumpulan Kuda Besi & kawan-kawannya. Terlalu ramai untuk diseberangi. Lebih baik lewat JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) daripada diseruduk berantai Si Kuda Besi. ‪#‎TaatAturan‬ ‪#‎Kadang‬

Di JPO tampak seorang bapak & barang dagangannya. Menyapa malu & pelan pada setiap orang yang lewat, “Semprong nya mas, mba.” Saya sendiri penasaran dengan makanan yang tidak pernah saya lihat sebelumnya.

“Permisi pak, ini namanya apa ya?”

“Ini semprong mas.” jawab bapak itu dengan senyum merekah. Wajahnya tampak lelah.

“Sebungkus berapa?”

“Sepuluh ribu.”

“Sebungkus ya pak.”

“Iya mas. Alhamdulillah.” Jawabnya.


Kata alhamdulillah yang ia lafalkan begitu menyentuh. Kalian pasti tahu, ungkapan dari hati akan sampai pula ke hati. Jika hanya dari lidah, melewati tenggorokan pun takkan sudi. Ia terlihat haru dan bahagia. Hati mengoceh liar, “Apa laku hari ini hanya sedikit? Sampai segitu bahagia dan harunya bapak ini.”

Di mata dan raut wajahnya jelas terhampar siluet tanggung jawab & pengorbanan, dua di antara jutaan hal yang memberatkan punggung, namun menunjukkan eksistensinya sebagai seorang ayah.

Di semprong ini, ada cinta yang begitu besar dan menjulang sampai keubun-ubun. Cinta ayah untuk istri & anaknya yang menunggu di rumah dengan bait doa dan harapan yang bertumpuk untuk dirapalkan.

Di semprong ini, ada pengakuan bahwa ia memang layak disebut seorang ayah. Mengemis bukan jalan juangnya. Ia terlalu tangguh untuk meminta-minta. Terlalu gagah untuk menjadi penjahat.

Kepala jauh menerawang, apa saya juga bisa bertanggung jawab sebagai seorang bapak nantinya? Tidak tahu.


Jakarta Selatan, 15 Agustus 2016


~Alza Maligana

0 komentar:

Posting Komentar