"Tak perlu berlebihan. Yang pertengahan saja. Yang sederhana saja"

Sabtu, 05 Maret 2016

Drama Tangis dalam Tawa

Maret 05, 2016 Posted by Salam Fadillah Alzah No comments
Ada banyak cerita dibalik tawa. Tidak semua tawa itu kebahagiaan.

Dalam sebuah dimensi, tawa hanya bentuk kemunafikan. Maaf, maksudku wajah sedang memainkan perannya dalam sebuah drama, menari anggun dalam sebuah euforia, tapi hati terseret lesu di atas ketidakpastian. Nelangsa! Senyum bahagia itu entah tercecer dimana, tawa palsulah sebagai gantinya.

Apa kamu mengira kerasnya tawa pada hal bodoh adalah sebuah kewajaran? Tidak! Tidak sama sekali!

Tawa keras nan bodoh itu usaha. Usaha menutup tangis dalam diam, menggigil dibawah kafilah angin bercampur rintik-rintik harapan. Semakin deras juga tak mengapa, supaya air mata yang malu-malu itu berjinjit pelan dipipi tanpa kasat mata.
Jangan terlalu percaya pada tawa dan tingkah konyol sahabatmu, bisa saja dibalik tawa ada memar. Memar yang begitu hebat dihatinya.

Apa yang harus kamu lakukan? Tak perlu menjadi Mario Teguh KW Super dengan segala petuah syahdu. Dengarkan dan temani saja, bebaskan dia melantunkan ayat per ayat dari kisah pilunya. Berikan petuahmu ketika ia memintanya. Ingat, hanya pada saat ia memintanya.

Temani saja ia agar tetap melangkah.Yang ia butuh bukan petuah, tapi sebuah kenyataan bahwa ia tidak sendiri, bahwa ada alasan untuknya tetap bertahan, bahwa ada cerita indah diujungnya, laksana indahnya mawar cantik berdandan manis manja diujung tangkai yang berduri.

~Alza Maligana

Jumat, 04 Maret 2016

Jangan Dulu Mendayu-dayu

Maret 04, 2016 Posted by Salam Fadillah Alzah No comments
quranfocus.com
Ilmu tajwid menurut saya seperti punya daya tarik tersendiri. Susah tapi menyenangkan. Susah tapi menyenangkan? Iya, serius! Susah kalau tidak lolos cara penyebutannya, menyenangkan kalau lolos. Seperti dulu saya coba membaca kata “mustaqiim” pada surah al-Fatihah dan tidak lolos sampai sekitar dua pekan. Di kos, di kelas, di koridor kampus, di masjid, saya coba sebut “mustaqiim … mustaqiim … mustaqiiim”, sampai teman kelas komentar, “Kenapa? Itu Mustakim eh. Kenapa sebut-sebut namanya dari tadi?”.

Selama belajar, saya punya beberapa teman yang juga senang belajar mengaji. Hanya saja, ada sebagian yang lebih fokus ke nada, bukan tajwid. Ini bahaya. Di tahun 2014 lalu ustadz Hasbin Abdurrahim sempat memberikan nasehat kepada kami, “ … jangan terlalu fokus di nada, fokus ke tajwid. Kalau tajwid sudah bagus, insyaAllaah nada juga bagus. Kita lebih nyaman dengar orang yang mengaji bagus tajwidnya, daripada bagus nada tapi tajwidnya kacau.” Terima kasih nasehatnya ustadz.

Sekarang media belajar sudah tersedia dimana-mana, baik video maupun audio. Akan tetapi, terkadang seseorang yang sedang belajar lebih suka mendengar dan meniru suara ulama yang mendayu-dayu, misalkan Syaikh Mishari Rasheed Al-Afasy atau Syaikh Ziyad Patel (semoga Allah menjaga mereka).

Sekedar share pengalaman, mohon diluruskan jika salah.

Menurut saya pribadi, jika ingin lebih fokus ke cara penyebutan huruf dan pengaplikasian hukum seperti hukum nun sukun dan tanwin, hukum mim sukun, sampai bacaan-bacaan gharib, lebih baik dengarkan murottal syaikh yang pelan dan tidak terlalu mendayu-dayu.

Kenapa? Alasannya karena sering seseorang yang sedang belajar lebih “terhipnotis” dengan nada lalu lupa dengan tajwid. Yang penting nadanya masuk, tajwid belakangan, hehe. Bahkan ada yang tetap dipaksakan walau suara tidak pas karena leher dan nafas sudah diambang batas *NyinggungDiriSendiri*

Silakan dengarkan murottal ulama yang mendayu-dayu, tidak masalah. Terkadang kita butuh suara syaikh yang mendayu-dayu seperti yang saya sebutkan diatas, Syaikh Mishari Rasheed Al-Afasy. Nadanya sering memancing hati dan mata untuk menangis, contohnya seperti ketika beliau membaca surah Ibrahim di Sholat Tarawih beberapa tahun lalu.

Tapi, jika sedang dalam keadaan belajar, lebih baik dengarkan bacaan syaikh yang tidak terlalu mendayu-dayu seperti Syaikh Ali Abdurrahman Al-Hudzaifi. Tujuannya agar kita lebih fokus ke cara Syaikh tersebut menyebutkan huruf, dan perhatian tidak terlalu dialihkan dengan nada.

Fokuskan diri belajar tajwid terlebih dahulu kemudian nada. Sekali lagi mohon diluruskan jika saya salah.

Wallahu a’lam …

Semoga bermanfaat.

~Alza Maligana

Rabu, 02 Maret 2016

Belum Tentu Kamu Sanggup Melewatinya

Maret 02, 2016 Posted by Salam Fadillah Alzah No comments
Pernahkah kita melihat seseorang yang dahulunya seorang aktivis, pemberi nasehat, dan pandai bersosialisasi, akan tetapi tiba-tiba terjatuh dalam sebuah dosa dan kesalahan. Lalu apa komentar kita?

Mencibir kah? Menggibah kah? Atau berusaha mencari alasan untuk saudara kita?

Siapa yang tidak kenal kisah antara Isteri Al-Aziz dan Nabi Yusuf ‘Alaihissalaam? Seperti yang kita ketahui, Isteri Al-Aziz begitu besar cintanya kepada Yusuf hingga jubah malu terlepas dari diri, memaksa Yusuf melakukan kekejian, lengkap dengan rencana yang cukup matang, ditambah dengan situasi yang sangat menguntungkan bagi Isteri Al-Aziz.

Yusuf masuk ke dalam jebakan sempurna isteri Al-Aziz. Jika bukan karena rahmat Allah, mungkin saja Yusuf jatuh dalam kekejian yang menjatuhkan harga diri dan kehormatan Yusuf.

Lalu, apa tanggapan masyarakat sekitar? Wanita-wanita di kota sibuk bergosip, saling melempar kata lengkap dengan bumbu-bumbu singgungan, sebagaimana yang Allah sebutkan, “ … sungguh kami melihat ia (isteri al Aziz) dalam kesesatan yang nyata”.

Apa yang dilakukan Isteri Al Aziz? Ia mengundang wanita-wanita penggunjing itu ke rumahnya, lengkap dengan jamuan buah dan sebilah pisau. Ketika Isteri Al Aziz meminta Yusuf menampakkan diri dari balik tirai, wajah Yusuf benar-benar menyihir para tamu hingga tidak sadar memotong jari mereka sendiri.

Lihat? Para Wanita yang menyudutkan Isteri Al Aziz bahkan tidak mampu mempertahankan kesadarannya ketika melihat wajah Yusuf.

Kadang kita melihat saudara kita terjatuh dalam dosa dan kesalahan, lalu sibuk merumuskan hipotesis begini dan begitu, tidak sedikit pula yang menyudutkan.

Berhenti berhipotesis dan menduga-duga lalu memvonis “dasar ikhwah lemah, dasar ikhwah payah !!!”, berhentilah karena belum tentu kita sanggup melewati ujian seperti yang Allah berikan kepadanya, sebagaimana Para Wanita Penggosip dari kota yang tidak sadar mengiris tangannya ketika berhadapan dengan Yusuf ‘Alaihissalaam. Hanya Allah sebaik-baik penolong.

Wallahu a’lam.

Terima kasih pelajarannya Murobbi kami, Ustadz Muttaqin Rusli ...

~Alza Maligana