"Tak perlu berlebihan. Yang pertengahan saja. Yang sederhana saja"

Minggu, 16 Agustus 2015

Saling Mendoakan, Menasehati, Memaklumi ...

Agustus 16, 2015 Posted by Salam Fadillah Alzah No comments
Akhi, jangan terburu-buru dan seakan memaksa seseorang untuk berubah karena hidayah Allah lah pengaturnya. Saling mendoakan dan menasehatilah dengan baik.

Jangan terburu-buru. Apa daya kita yang statusnya sama? Hanya sebatas pemeran sandiwara dunia dan tanpa kekuatan sama sekali ! Hidayah bukan milik kita, tak mampu pula kita menerka siapa yang akan menjadi jawara diujung cerita nantinya. Saling mendoakan, saling menasehati, dan saling menyayangi. Bukan
kah kita bersahabat?

Persahabatan kita ini pun lebih dari sekedar sahabat yang terhapus oleh tanah jika kita telah direbahkan dipembaringan sepi nan sempit dua kali satu itu.

Maaf, Aku lupa, ternyata ini bukan persahabatan, ini persaudaraan! Persaudaraan kita ini karena agama, yang aromanya lebih sedap dan rasanya lebih gurih dari sekedar bersahabat.

Ah, ingin rasanya aku bersaudara dengan kalian seperti para Sahabat saling bersaudara, bukan karena darah, tapi karena millah (agama). Jika tidak bisa, maka aku berharap bisa bersaudara dengan kalian seperti persaudaraan Imam Muhammad ibn Idris asy-Syafi'i dan Imam Ahmad, yang kasih sayangnya melekat walau salah satu diantara mereka telah wafat.

Dimasa hidup, Imam Ahmad menitip pesan kepada Imam Muhammad ibn Idris asy-Syafi'i lewat secarik kertas. Kertas itu melalang buana dari Iraq menuju Mesir, berisi pesan penuh doa, nasehat, dan kasih sayang antar saudara seagama.

Beberapa tahun kemudian, ketika Imam Muhammad ibn Idris asy-Syafi'i wafat, Imam Ahmad menitip pesan kepada Sang Penjaga Subuh Yang Tidak Terkalahkan lewat doa, moga-moga saudara seagamanya yang terkasih, Imam Muhammad ibn Idris asy-Syafi'i, diampuni dosa-dosanya. Ketika Imam Ahmad bertemu anak Imam Muhammad ibn Idris asy-Syafi'i, Imam Ahmad berkata, “ketahuilah, aku memintakan ampun untuk ayahmu setiap pagi menyingsing.”

Akhi, perubahan itu bertahap, sebagaimana para Sahabat juga berubah secara bertahap. Jika kita mampu melesat dari yang lain, maka maklumilah saudara mu yang masih terbata-bata mengambil langkah menuju perubahan. Jangan membenci saudaramu hanya karena ia sangat lambat menuju kebaikan.

Bukankah indah jika kita saling memaklumi saudara kita yang belum paham, sebagaimana Syaikh Abdurrazzaq al-Badr –hafizhohullah- ketika melihat wanita pesolek yang mengantri berwudhu dan hendak sholat, Syaikh berkata "Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka karena sholat mereka ini. Kasihan … karena kejahilan mereka". Syaikh memaklumi wanita tersebut yang belum paham dan lamban dalam berubah, serta mendoakannya. Lihatlah, inilah indahnya persaudaran karena agama.

Bukankah kita bersaudara? Maklumilah saudara mu yang belum dapat berjalan tegak nan gagah seperti antum. Tuntun, ah bukan, maksudku papah ia hingga ia berhasil berdiri gagah dan tegak seperti antum! Inilah tujuan kita bersama. Kemudian, pegang tangan saudaramu, berlarilah bersama-sama, menuju tempat bertemu kita kembali dan bernostalgia diatas dipan-dipan, dibawah pohon rindang yang tidak panas tidak pula terlampau dingin, daun-daunnya saling bersentuhan membentuk irama yang menenangkan hati, gelas-gelasnya dari kristal, dan pemukimannya dari mutiara-mutiara raksasa. Ya, dimana lagi kalau bukan Jannah? Ya, jannah kelas terbaik, Jannatul Firdaus !!!

Inilah alasan kita bersaudara karena agama; saling mendoakan, saling menasehati, saling memaklumi.

~AiM

0 komentar:

Posting Komentar