"Tak perlu berlebihan. Yang pertengahan saja. Yang sederhana saja"

Selasa, 18 Agustus 2015

Kok Celananya Cingkrang? Banjir, ya?

Agustus 18, 2015 Posted by Salam Fadillah Alzah , No comments
Sewaktu di kampus, alhamdulillah Allah memberikan banyak karunia kepada kami pribadi sehingga dapat mengenal manhaj Salaf melalui usaha senior-senior kami (tentunya setelah ketetapan Allah). Semoga Allah merahmati senior-senior yang rela membagi waktu dan tenaganya untuk junior-juniornya dalam rangka kebaikan.

Selanjutnya kami mulai bergabung di lembaga dakwah kampus, KAMUPI PNUP (Keluarga Muslim Politeknik Indonesia - Politeknik Negeri Ujung Pandang), dan mulai menyebar ilmu agama yang diperlukan orang lain. Ada satu kalimat dari salah seorang senior yang cukup menyentuh, katanya;


“apa kalian hanya yang ingin merasakan hidayah itu sendirian saja?”


Jawaban hati kecil kami tentunya tidak. Rasa bahagia ini tentunya ingin kami bagi juga kepada yang lain.


Ciri ikhwan lembaga dakwah kampus di kampus kami adalah sebagian besar bercelana cingkrang. Kalau udah lihat laki-laki dengan setelan celana cingkrang insyaAllah civitas akademika udah pada tahu, “Oh, dari KAMUPI, ya?” Celana cingkrang dilingkungan kampus kami dilihat sebagai ciri khas KAMUPI, walaupun sebenarnya itu bukan ciri khas KAMUPI, melainkan syariat dalam Islam yang perlu diperhatikan.

***

Di suatu pagi, saya dan teman-teman duduk-duduk menunggu dosen di samping koridor kampus. Pandangan saya melihat dari kejauhan beberapa ikhwan berjalan berdampingan, memaksa bibir membentuk senyuman karena melihat mereka mempraktekkan sunnah; tidak isbal. Isbal itu maksudnya memanjangkan pakaian (sarung, celana, atau bentuk pakaian lain) melebihi mata kaki.


Ikhwan-ikhwan tersebut berjalan ke arah kami. Sebelum mereka mendekat, salah satu teman kelas saya berkata, “Awas, banjir, banjir ! Haha”, lengkap dengan tertawa yang entah itu mengejek atau bukan. Yang lain pernah ditertawai juga? Hehe, yang sabar aja. Teman kelas saya itu kemudian diam sambil menahan senyum ketika saya bertegur sapa dengan ikhwan-ikhwan tersebut. Ketika mereka pamit dan pergi ke jurusannya masing-masing, saya langsung menjelaskan ke teman kelas saya mengapa mereka mencingkrangkan celana.


***


Bagaimana menurut anda jika seseorang melakukan sesuatu tanpa alasan atau tujuan? Rasanya segala sesuatu yang dilakukan manusia secara sadar itu membutuhkan alasan atau tujuan. Nah, melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan mengapa memilih men-cingrang-kan celana adalah perkara yang sangat dianjurkan.


Alasan yang pertama;


Dari al-Asy’ats ibn Sulaim berkata:


Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata,”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai  teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya.”


(Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)


Perhatikan pada kalimat Rasulullah;

“Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai  teladan?” 

Inilah alasan yang pertama, yakni meneladani Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 31:


“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Walaupun belum bisa meneledani pribadi secara menyeluruh, setidaknya sudah berusaha meneledani sebagian, sebagiannya lagi akan diusahakan kembali. Seperti kaidah yang berlaku, “Segala sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya, maka jangan tinggalkan seluruhnya.”


Alasan kedua;


Dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang salah satu atau kedua betisnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Di sinilah letak ujung kain. Kalau engkau tidak suka, bisa lebih rendah lagi. Kalau tidak suka juga, boleh lebih rendah lagi, akan tetapi tidak dibenarkan kain tersebut menutupi mata kaki.”


(Lihat Mukhtashor Syama’il Al Muhammadiyyah, hal.70, Syaikh Al Albani berkata bahwa hadits ini shohih)


Alasan ketiga;

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat nanti, tidak dipandang, dan tidak disucikan serta bagi mereka siksaan yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kali perkataan ini. Lalu Abu Dzar berkata, “Mereka sangat celaka dan merugi. Siapa mereka, Ya Rasulullah?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab; “Mereka adalah orang yang isbal, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim no. 306).


Nah, Rasulullah menyejajarkan antara isbal, mengungkit-ungkit pemberian, dan melariskan dagangan dengan sumpah palsu. Ini menunjukkan bahwa isbal (memanjangkan pakaian melebihi mata kaki, -red) adalah perkara yang besar.


Alasan Keempat


Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;


“Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret pakaianya dalam keadaan sombong.” (HR. Muslim no. 5574).


Biasanya ketika mendengar alasan kami yang keempat, orang lain bakal bertanya balik, “Tunggu, saya manjangin celana melebihi mata kaki bukan karena sombong loh !”


Hmm, baiklah. Jika kita beranggapan demikian, maka kita kena hadits lain yang bersifat umum. Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” (HR. Bukhari no. 5787)


Nah, bagi teman-teman yang masih suka mengejek teman-teman lain yang bercelana cingkrang, mohon dimaklumi ya? :D … Mereka punya alasan ketika mengangkat celananya. Jika kurang suka dengan celana cingkrang, minimal jangan menghina atau menyindir karena Nabi juga mengangkat pakaiannya di atas mata kaki. Bukankah memang setiap tindakan itu memiliki alasan?

Sebenarnya masih banyak alasan-alasan lain yang kami ambil dari al-Qur’an dan Hadits, tapi rasanya empat alasan saja sudah cukup untuk menjelaskan.


Semoga Allah merahmat kita semua ...

~AiM
__________________
Sumber:

  • quran.com
  • rumaysho.com

0 komentar:

Posting Komentar