"Tak perlu berlebihan. Yang pertengahan saja. Yang sederhana saja"

Jumat, 07 Juli 2017

Mendung di Langit Rumah

Juli 07, 2017 Posted by Salam Fadillah Alzah , , , No comments
Rumah tangga laksana perahu, semua ingin menuju surga-Nya dengan saling bahu membahu. Bila nahkodanya kacau, hancurlah seisi perahu, kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla untuk selamat dalam kondisi yang tak menentu.

Sebagaimana yang dilansir di beritasatu.com[1], kenakalan remaja meningkat dari tahun ke tahun. Lelah pula mata melihat di media massa dan elektronik berbagai kekacauan akibat ulah dari remaja-remaja tanggung. Kira-kira apa yang salah dengan remaja masa kini? Kurangnya peran keluarga sepertinya menjadi salah satu penyebab paling vital. Keluargalah yang menjadi tumpuan pertama. Jika keluarga nihil peran, kemana mencari perlindungan dan kenyamanan? Lalu apa esensi sebuah bangunan yang bernama “rumah”? Atau predikat “ayah” dan “ibu” hanya formalitas?


Apakah esensi sebuah bangunan bernama rumah? Atau predikat ayah dan ibu hanya formalitas?

Diantara buku yang saya senangi dan rekomendasikan kepada teman-teman untuk menjawab tantangan yang dihadapi rumah tangga masa kini adalah “Mendung di Langit Rumah” karya Syaikh Nashir bin Sulaiman al-Umar –hafizhahullah-[2].


Syaikh Nashir ibn Sulaiman Al-Umar
Sumber: www.arrahmah.com

Buku ini membahas metode, berbagai macam permasalahan, hingga solusi-solusi kongkrit yang dapat diambil, baik dalam fase awal hingga ketika rumah tangga berada dalam masa-masa kritis. Buku ini di bagi dalam beberapa bab yang terdiri dari "Prinsip-prinsip Pendidikan Anak", "Perhatian Khusus kepada Anak Perempuan", dan "Berbakti kepada Orang Tua".

Bahasa dan penyampaiannya ringan untuk disimak dan dicerna, dengan kisah-kisah yang dialami dan didengarkan oleh Syaikh Nashir Al-Umar, disertai tadabbur ayat dan hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.


***

Apa yang paling menarik bagi saya dalam buku ini? Yang paling menarik ada pada bagian pembahasan tentang doa dan pengaruhnya terhadap masalah rumah tangga yang dihadapi. Doa menjadi menarik karena saya belum menikah (mohon, ini bukan promosi). Menjadi kesempatan diri memperbanyak doa dan memperbaiki diri guna persiapan dunia pernikahan dengan segala lika-likunya.

Mengapa harus mulai memperbanyak doa? Kita tidak tahu doa mana yang Allah kabulkan. Jika memang belum dikabulkan di dunia, mungkin Allah sengaja menjadikan doa kita berupa investasi pahala pemberat timbangan di Hari Perhitungan nanti. Itulah yang paling kita butuhkan.

Mengapa harus mempersiapkan diri sejak dini? Kita tidak bisa serta merta mengatakan, “nantilah saja, toh naluri orang tua akan keluar sendiri ketika berumah tangga.” Berat hati menyepakati statement ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari –rahimahullah-, “berilmu sebelum berkata dan beramal”[3]. Rumah tangga seperti fase hidup yang baru, butuh persiapan serius untuk menghadapinya. Dan, menjadi hak bagi anak jauh sebelum ia lahir adalah mendapatkan orang tua yang baik, serta shalih dan shalihah. Semoga Allah memberi taufik-Nya kepada kita istiqomah dalam kebaikan.

Hak anak jauh sebelum ia lahir adalah mendapatkan orang tua yang shalih(ah)

Doa benar-benar memberi pengaruh dalam kehidupan kita. Entah dalam jangka pendek atau jangka panjang. Untuk jangka panjang misalnya, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam yang meminta agar keturunannya menjadi orang-orang yang shalih[4]. Allah kabulkan dengan menjadikan Ishaq dan Ismail ‘Alaihimassalaam, serta banyak keturunan dari Nabi Ishaq adalah para Nabi dan Rasul, dan Rasulullah Muhammad Shollallahu 'Alaihi wa Sallam adalah keturunan Nabi Ismail 'Alaihissalaam, sehingga Ibrahim 'Alaihissalaam menjadi “Bapak Para Nabi”.

Contoh lain seperti dalam surah Al Kahfi [5] yang menuturkan perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir ‘Alaihimassalaam yang memperbaiki dinding rumah anak yatim. Dalam penggalan ayat tersebut, Allah berfirman;


“… dan ayahnya seorang yang shalih…”


Syaikh Nashir Al-Umar menyebutkan bahwa sebagian ulama menyebutkan makna” ayah” pada ayat tersebut adalah kakek yang ketujuh, sebagian lagi berkata maksud kata “ayah” pada ayat tersebut adalah ayah kandung mereka. Terlepas dari perbedaan ini, kita dapat melihat dan menilai bahwa doa mampu memberi pengaruh untuk orang-orang disekitar kita, entah yang ada sekarang atau yang akan datang disaat kita telah tiada.

Untuk yang belum menikah (nunjuk diri sendiri dan para jomblowan jomblowati), perlu kiranya mempersiapkan diri sedini dan sesegera mungkin. Rumah tangga dengan segala bahagia dan nelangsanya butuh ilmu untuk dihadapi agar mendapatkan ridha-Nya, untuk menyejajarkan langkah menuju jannah-Nya.

Sedari awal berdoa kepada Allah dengan doa yang masyhur dalam surah Al-Furqan ayat 74:



رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا



(Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa)


Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.[6]


Untuk yang sudah menikah, buku ini sangat baik untuk dibaca karena pelajarannya yang begitu membumi. Solusi yang diberikan sangat to-the-point dan insyaAllah mudah dipahami. Tidak ada kata terlambat dalam belajar.

Semoga Allah menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang dirindukan, yang disanjung dan dicinta, mengingat sulitnya mewujudkan “Rumahku Surgaku” di zaman yang semakin bobrok ini. Semoga Allah merahmati kita semua.

Wallahu a’lam.
Jakarta, 07 Juli 2017




~Alza
__________________
[1] http://www.beritasatu.com/megapolitan/89874-polda-metro-kenakalan-remaja-meningkat-pesat-perkosaan-menurun.html
[2] Biografi Syaikh Nashir ibn Sulaiman Al-Umar, https://www.arrahmah.com/2013/06/01/mengenal-lebih-dekat-sosok-syaikh-prof-dr-nashir-ibn-sulaiman-al-umar/
[3] Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari yang lebih dengan nama Imam Bukhari dan kitab beliau yang terkenal Shahih Bukhari. Kalimat “Berilmu sebelum berkata dan beramal” menjadi judul di Shahih Bukhari.
[4] Al Baqoroh ayat 124, Allah berfirman:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.”
[5] Al-Kahfi ayat 82, Allah berfirman:
“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang shalih. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.”
[6] Doa-doa lain dapat dilihat di https://rumaysho.com/1752-doa-meminta-anak-yang-sholeh.html

0 komentar:

Posting Komentar