Sementara pada waktu, aku tidak berani menggerutu. Rabb melarang itu. Aku tak mau punya hati yang membatu karena membangkang pada Yang Mahasatu.
Kata orang, walau raga saling jauh, kita tetap melihat langit yang sama. Untukku, itu omong kosong yang menjadikanku jenuh, tetap saja kalah menahan rindu yang menggema. Gara-gara itu asa ku melepuh, sampai sekarang akalku tak kunjung menerima.
Malam ini langit kembali pekat. Di langit yang buram ini siluetmu berkelebat. Aku sungkan kembali bersahabat. Takutku, romansa kita yang lalu telah pecah kembali memadat.
Biar saja seperti ini, aku tidak keberatan jika predikatku adalah lelaki lemah, payah, bedebah, terserah. Memang seperti itu adanya.
~Alza Maligana
0 komentar:
Posting Komentar