Ketika sedang berpikir, saya melihat salah satu kartun yang sedang diputar di salah satu teve Islam. Kartun tersebut bercerita tentang singa kecil dan seekor rusa yang bersahabat. Entah tiba-tiba pikiran saya meloncat ke salah satu cerita fiksi andalan yang sering dikisahkan ketika kita masih kecil. Si Kancil ! Anak generasi tahun 90an insyaAllah tahu tentang Si Kancil.
Maaf pembahasannya kemana-mana, hehe. Saya ingin menceritakan apa yang disampaikan dosen saya, Prof. Roy V. Salomo, dalam salah satu sesi perkuliahan. Saat itu kelas sedang menyingung tentang aktor-aktor politik. Jadi, apa hubungannya Kancil dengan aktor politik?
Saat itu Prof. Roy bercerita, “Di negara-negara maju, seperti Finlandia, Jepang, Korea, sekolah dasar, kelas satu sampai tiga, lebih fokus bahas pendidikan moral. Beda dengan Indonesia, kelas satu sudah masuk materi (seperti matematika, bahasa, dan lain-lain).” Sekelas kita mengangguk.
Yang paling penting bagi seseorang yang berada dalam ranah politik adalah bukan hukum, tapi kode etik. Ini yang kurang dimiliki sebagian pejabat di Indonesia. Berbeda dengan negara-negara seperti New Zealand, Korea, Jepang, yang memperhatikan kode etik saat berpolitik karena memang telah dibangun sejak lama dan sejak kecil. Kurang memperhatikan kode etik atau nilai moral dalam kehidupan akan membuat aktor politik selalu mencari celah-celah dalam hukum untuk melakukan kejahatan, baik itu kecil atau besar.
Beliau kembali melanjutkan, “Jadi, kenapa banyak politikus di Indonesia yang suka mencuri? saya curiga gara-gara Si Kancil. Kalian masih ingat nggak, dulu waktu kecil kita selalu diceritakan tentang si Kancil, mencuri itu hebat, luar biasa, menipu itu hebat. Jadi, kalau nggak mencuri atau nggak suka nipu ya nggak hebat, karena memang waktu kecil kita sering diceritain tentang itu kan?” Sekelas tertawa ketika Prof. Roy berkelakar seperti itu.
Jadi, apa memang gara-gara Si Kancil politikus kita jadi suka menipu dan mencuri? Tidak tahu. Haha. Simpulkan sendiri.
Jakarta, 31 Desember 2016
~Alza Maligana
Masha Allah, saya belum pernah membaca tulisan seperti ini, terus berkarya Bung.
BalasHapusLebay wkwkwkwk
Hapus