Saya turut sangat berbahagia dengan pernikahan saudara kami, dan sukses baper beberapa hari ini. Sedih juga karena tidak bisa hadir dipernikahannya. Baper sukses bertambah ketika malamnya dikirimi pesan bbm yang isinya hanya "ehm". Ayolah, tidak ada deskripsi lebih lanjut apa maksudnya?
Supaya tidak terbawa perasaan kalah dan mengusir pikiran dan pertanyaan "Tuhan, saya kapan?" yang berhamburan di kepala, buku menjadi pelarian terbaik. Buku adalah benda mati terbaik yang kamu miliki walau sering diabaikan. Buku Pemasaran Strategik sepertinya cukup membuat pikiran lepas dari keter-baper-an.
Tapi semuanya berubah ketika masuk pada pembahasan Hukum Kekekalan Marketing di subbab Hukum Kepemimpinan yang isinya:
"Lebih baik menjadi yang pertama daripada menjadi yang lebih baik."
Alam bawah sadar bukan menuntun saya untuk berpikir bagaimana sebuah produk bisa mencuri perhatian konsumen pasar dengan menjadi yang pertama, tapi menuntun saya berpikir "kenapa bukan saya yang pertama? Untuk apa menjadi lebih baik jika bukan yang pertama?" Point of view benar-benar menjadi inti dari tulisan. #HentikanKejabeanMuAnakMuda #AnakMudaAntiJabe
Oke, mari kita lupakan. Semakin menjadi-jadi ketika masuk Hukum Ingatan atau Pikiran:
"Lebih baik menjadi yang pertama dalam ingatan, daripada yang pertama dalam gerai penjualan."
Silakan tafsirkan sendiri.
Entah kenapa, buku Pemasaran Strategik pun bisa membuat saya bawa perasaan. Kata teman saya, "Katanya, ada dua jenis orang yang tidak bisa dinasehati; seseorang yang lapar, dan yang sedang jatuh hati."
Jakarta Selatan, 9 Agustus 2016
~Alza Maligana
0 komentar:
Posting Komentar