Saya bukan Mario Teguh, bahkan Mario Teguh tidak mengenal saya, tapi sebagai teman saya akan merespon positif dan memberikan saran yang baik (walau kadang sedikit mainstream). Jawaban yang sering saya ulang-ulang adalah:
“Tenang saja, kalau ada yang pergi, berarti akan ada yang datang. InsyaAllah. Keluarga atau sahabat-sahabat kita yang lalu berpisah dengan alasan yang baik, suatu saat Allah akan gantikan dengan yang semisal atau lebih baik, asal kita yang mau membuka diri dan ingin menjadi lebih baik juga.”
Kadang kita terlalu terpaku di masa lalu, kemudian takut melangkah. Kaki begitu beratnya melangkah, apalagi hati. Percayalah, ketika kaki melangkah dan hati rela meninggalkan keluarga atau sahabat di tanah kelahiran demi kebaikan, maka Allah akan berikan orang-orang yang semisal mereka kasih sayang dan perhatiannya.
Foto ini ketika wisuda Tahsinul Qiroah Angkatan 2010. Mereka yang ada di foto adalah salah satu pemberian terbaik yang Allah kasih. Ketika saya harus meninggalkan keluarga dan sahabat-sahabat di Baubau, Allah kirim mereka satu per satu untuk mendampingi. Apa mereka sempurna? Tidak, mereka tidak sempurna, tapi kita terikat di wadah dan tujuan yang sama. Ada kekurangan dan kelebihan. Ada yang tawadhu tapi mahal senyum, semangat belajar tapi kaku, semangat membantu dakwah tapi malas belajar, sangat beragam jenisnya, sampai mengaku-ngaku tampan pun ada. Jangan tanya saya siapa orangnya, mungkin nanti akan muncul sendiri di kolom komentar.
Mereka adalah “keluarga” tapi bukan keluarga. Keluarga yang terikat karena millah (agama), bukan karena darah. Yang ada di foto hanya beberapa, masih ada sosok-sosok lain yang sangat membantu. Semoga Allah merahmati dan menjaga mereka.
_________
Foto ini ketika wisuda Tahsinul Qiroah Angkatan 2010. Mereka yang ada di foto adalah salah satu pemberian terbaik yang Allah kasih. Ketika saya harus meninggalkan keluarga dan sahabat-sahabat di Baubau, Allah kirim mereka satu per satu untuk mendampingi. Apa mereka sempurna? Tidak, mereka tidak sempurna, tapi kita terikat di wadah dan tujuan yang sama. Ada kekurangan dan kelebihan. Ada yang tawadhu tapi mahal senyum, semangat belajar tapi kaku, semangat membantu dakwah tapi malas belajar, sangat beragam jenisnya, sampai mengaku-ngaku tampan pun ada. Jangan tanya saya siapa orangnya, mungkin nanti akan muncul sendiri di kolom komentar.
Mereka adalah “keluarga” tapi bukan keluarga. Keluarga yang terikat karena millah (agama), bukan karena darah. Yang ada di foto hanya beberapa, masih ada sosok-sosok lain yang sangat membantu. Semoga Allah merahmati dan menjaga mereka.
_________
Dua hari lagi akhuna Adipati, salah satu sahabat saya (yang masih rela dijadikan rival) akan menikah. Tolong jangan tanya saya kapan. Mudah-mudahan urusannya lancar hingga hari H. Katanya harus fokus dan tenang, urusan kantor lepas dulu, nanti ijab kabulnya yang disebut malah kwh meter, bukan nama mempelai wanita. Apalagi sampai nyebut “SAH!” padahal belum ngulangin kata-kata wali nikah.
Barokallahu fiykum.
Jakarta Selatan, 6 Agustus 2016
~AiM
~AiM
0 komentar:
Posting Komentar