Di beberapa kesempatan lain ketika berdiskusi, saya sering mencoba membangun opini dari teori yang dikeluarkan oleh para ahli yang telah disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Mengapa harus menyesuaikan kondisi dan lokasi? Teori tidak dapat berlaku di semua kondisi dan lokasi, karena itulah ia disebut teori. Jika berlaku disemua kondisi dan lokasi, maka ia menjadi Hukum atau Asas, misal Hukum Archimedes.
Yang perlu diketahui, teori tidak muncul begitu saja, ada banyak proses dan tahapan yang harus dilalui agar sebuah asumsi atau perkiraan yang dibangun dari sebuah fakta untuk menjadi teori. Dibawah ini kami sertakan bagan bagaimana teori itu terbentuk.
Apa itu teori? Sederhananya, teori adalah pengetahuan ilmiah yang berulang terjadi, kebenarannya telah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Artinya, pengujian atas kebenarannya telah dilakukan melalui metode keilmuan.
Contoh, seorang pimpinan perusahaan memiliki asumsi bahwa jika insentif karyawan ditambah, maka produktivitasnya juga bertambah. Menurutnya, manusia itu rasional, “Kamu bayar lebih, saya akan bekerja lebih dari biasanya.” Kemudian pimpinan melakukan trial error atau uji coba. Berkali-kali di coba secara ilmiah dan ternyata berhasil.
Inilah contoh bagaimana teori itu terbangun. Diawali oleh sebuah asumsi-asumsi, dilakukan uji coba berulang-ulang dan ilmiah, lalu asumsi yang dibangun terbukti benar, jadilah ia teori. Jika ternyata asumsi yang dibangun tidak terbukti, maka ia hanya menjadi pernyataan dan bukan teori. Jika anda membaca tentang teori organisasi, contoh yang kami kemukakan ini adalah Teori Organisasi Klasik oleh Taylor, Sang Bapak Manajemen.
Namun, teori adalah sesuatu yang tidak dapat berlaku di semua kondisi. Seperti contoh Teori Organisasi Klasik yang kami berikan diatas, teori tersebut terkadang tidak berlaku pada situasi tertentu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja, bukan hanya uang. Sebagai koreksi atas teori Organisasi Klasik dari Frederick W. Taylor, muncul teori Human Relation dari Elton Mayo yang mengungkapkan bahwa hubungan antar manusia juga perlu diperhatikan dalam mengatur organisasi. Manusia satu dengan yang lainnya saling terhubung, uang bukanlah satu-satunya penggerak seseorang untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
Inilah contoh bagaimana teori itu terbangun. Diawali oleh sebuah asumsi-asumsi, dilakukan uji coba berulang-ulang dan ilmiah, lalu asumsi yang dibangun terbukti benar, jadilah ia teori. Jika ternyata asumsi yang dibangun tidak terbukti, maka ia hanya menjadi pernyataan dan bukan teori. Jika anda membaca tentang teori organisasi, contoh yang kami kemukakan ini adalah Teori Organisasi Klasik oleh Taylor, Sang Bapak Manajemen.
Namun, teori adalah sesuatu yang tidak dapat berlaku di semua kondisi. Seperti contoh Teori Organisasi Klasik yang kami berikan diatas, teori tersebut terkadang tidak berlaku pada situasi tertentu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja, bukan hanya uang. Sebagai koreksi atas teori Organisasi Klasik dari Frederick W. Taylor, muncul teori Human Relation dari Elton Mayo yang mengungkapkan bahwa hubungan antar manusia juga perlu diperhatikan dalam mengatur organisasi. Manusia satu dengan yang lainnya saling terhubung, uang bukanlah satu-satunya penggerak seseorang untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
***
Sebagai penutup, hal yang kurang dipahami oleh sebagian orang bahwa ketika berpendapat atau menyelesaikan masalah kita butuh teori dasar untuk memperkuat opini kita. Kita butuh pondasi untuk menjelaskan asumsi kita agar tidak “tong kosong nyaring bunyinya”.
Teori tidak muncul begitu saja, ia butuh pembuktian yang panjang dan ilmiah. Oleh karena itu, berhentilah mengatakan, “Kamu terlalu banyak teori !” Teori telah dibuktikan kebenarannya, sementara asumsi-asumsi kita hanyalah opini-opini biasa yang terbatas dan belum tentu terbukti kebenarannya.
Lalu, bagaimana jika ternyata teori yang dibangun oleh ahli berseberangan dengan Quran dan Sunnah. Saya pribadi memilih Quran dan Sunnah, mengingat statement yang dikeluarkan oleh dr. Zakir Abdul Karim Naik dalam salah satu sesi ceramahnya,
Ada banyak teori-teori yang dikeluarkan oleh para ahli yang selalu sesuai dengan Al Quran dan Sunnah. Cocoklogi? Entahlah, terserah menamai apa. Tapi apakah wajar sebuah kitab yang diturunkan di tanah yang tandus dan penerimanya adalah seorang buta huruf selalu sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Ini selalu mengusik pikiran saya, dan saya harus bangga menjadi seorang muslim.
Jakarta Selatan, 12 Desember 2016
~Alza Maligana
________________
Sumber:
Teori tidak muncul begitu saja, ia butuh pembuktian yang panjang dan ilmiah. Oleh karena itu, berhentilah mengatakan, “Kamu terlalu banyak teori !” Teori telah dibuktikan kebenarannya, sementara asumsi-asumsi kita hanyalah opini-opini biasa yang terbatas dan belum tentu terbukti kebenarannya.
Lalu, bagaimana jika ternyata teori yang dibangun oleh ahli berseberangan dengan Quran dan Sunnah. Saya pribadi memilih Quran dan Sunnah, mengingat statement yang dikeluarkan oleh dr. Zakir Abdul Karim Naik dalam salah satu sesi ceramahnya,
“...bukan al Quran yang mengikuti ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan lah yang mengikuti al Quran…”
Jakarta Selatan, 12 Desember 2016
~Alza Maligana
________________
Sumber:
- Faried Ali, Teori dan Konsep Administrasi
- SB Hari Lubis dan Martani Huseini, Pengantar Teori Organisasi; Suatu Pendekatan Makro
siapami itu yang banyak berteori nah...
BalasHapusckckck
pengalihan isu itu pasti toh....
hahahaha
Rahasia dong. Intinya ini bukan dari bagian pengalihan isu bom panci
Hapus