“Hanya ada dua nasib untuk dua garis yang sejajar. Berhimpit dan bersama selamanya sepanjang apapun garis itu ditarik; atau terpisah selamanya tanpa sekalipun bertemu di satu titik potong, sepanjang apapun kedua garis itu ditarik.
Atau kesedihan yang mendalam seperti dua garis yang tidak saling sejajar. Mereka pasti bertemu di satu titik, lalu terpisah saling menjauh selama-lamanya.”
Biar aku berikan contoh Kisah Cinta Garis Sejajar.
Pernahkah semilir angin mendendangkan kisah cinta Laila dan Qois “Majnun” ke kedua telingamu? Mereka seperti Garis Sejajar! Laila mencintai Qois “Majnun”, begitu pula Qois yang begitu mendalam cintanya pada Laila, terkurung dalam rasa hingga membuat Qois terlihat seperti orang gila. Hilang arah. Larut sempurna dalam cairan keputusasaan!
"Mereka tidak bertemu sejauh apapun garis kehidupan mereka ditarik. Mereka hanya berhadap-hadapan dan tidak lebih dari itu, tidak pula bertemu pada satu titik!"
Akan aku berikan lagi permisalan Kisah Cinta Garis Tidak Sejajar.
Pernahkah anda melihat tarian pena diatas kertas yang menggubah kisah cinta Mughits dan Barirah? Mughits sangat mencintai Barirah, akan tetapi mereka terpisah karena suatu keadaan yang kedua tangan Mughits sendiri tidak mampu menahannya; perpisahan.
Buliran air dari mata Mughits perlahan merangkak kemudian berlari bebas menuju pipi dan membasahi jenggotnya, berharap Barirah kembali seutuhnya seperti dahulu kala ketika mereka beradu kasih dalam sebuah “pertemuan”.
Mughits meminta kepada Barirah untuk tetap bertahan, hingga cintanya memaksa malu seakan tidak sudi menetap di jiwa dan badan. Namun, Barirah memutuskan untuk terus melanjutkan garisnya dan pergi menjauh. Selamanya!
"Seperti dua garis tidak sejajar yang pernah bertemu disatu titik, akan tetapi selanjutnya terpisah dan saling menjauh selama-lamanya. Jauh. Semakin Jauh! Sekalipun usaha menjadikan peluh dan keluh terkumpul penuh."
_______________________________________
Aku juga sulit melepas dan menerima. Hasrat ingin memiliki itu memang baiknya sekadarnya saja, agar ketika cerita kita seperti Garis Sejajar, hati sudah siap merelakan segala harapan terbang bersama angin yang membelai halus wajah yang sendu.
Hasrat ingin memliki itu seperlunya saja, agar ketika cerita kita seperti Garis Tidak Sejajar jiwa sudah siap melepaskan sesuatu yang bukan milik kita. Tunggu, bukankah kita memang bukan pemilik diri sendiri ??
Terima apapun yang Allah tetapkan ketika diri telah berupaya dengan segala jenis upaya. Allah sudah menetapkan yang terbaik dan tetaplah berprasangka baik. Yakinlah, menerima dan melepas dengan hati yang tenang karena Allah akan memilihkan yang terbaik untuk hamba-Nya agar dalam cerita hamba tetap menjadi pemenang.
Siapa yang tahu jika ternyata Allah sudah menyiapkan garis yang lain? Garis yang akan bertemu pada kondisi yang terbaik dan tidak terpisah dan saling menjauh?
Wallahu a’lam ...
~AiM
~NurusySyimal
luar biasa semoga bung andre bertambah wawasannya mengenai garis garis tersebut ๐๐
BalasHapusMari kita berharap saudara Andre dapat mengambil pelajaran hahahaha
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus